Behind The Stage of JKT48
- Rahman Hanif
- Aug 14, 2014
- 3 min read
Updated: Nov 25, 2021

“Ya gue nggak nyangkalin ada banyak banget wota yang sebenarnya cuma mupeng aja sama oshi-nya, tapi gue pribadi ga gitu. Gue jadi penggemar karena merasa terpanggil, beneran peduli sama oshi gue. Dia masih 15 tahun jadi gue nggak mungkin punya minat romantika apapun sama dia. Tapi aneh juga sih, dia satu-satunya member yang paling sering ngomong mau merit. Terserah deh, hahaha! Pokoknya gue peduli sama sekolahnya, kehidupannya, kesehatannya, masa depannya, macem-macem deh. Gue selalu kasih komentar abis setiap pertunjukannya. Gue ngingetin dia untuk makan dan istirahat. Gue berkali-kali twit bilangin supaya dia panjangin roknya jangan sependek itu atau naikin shirt-nya jangan serendah itu, dan dia ngedengerin yang gue bilang karena besok-besoknya ada perubahan. Gue bisa lihat dia banyak banget perubahan semenjak gue aktif dukung dia. Gue seneng ngebantu orang jadi sukses dan spesial. Itu bikin gue merasa sukses dan spesial.”
Itu adalah ucapan dari salah satu temen yang sebut saja namanya Alex (orangnya protes kenapa namanya ada di sini. Gue nggak ngerti juga yah, kenapa nama samaran sama nama aslinya bisa sama… kebetulan banget). Ketika gue tanya berapa banyak penggemar yang memiliki visi serupa, dia bilang cukup banyak di kalangan teman-temannya. Ketika gue tanya kira-kira perbandingan jumlah penggemar yang sepertinya dibanding penggemar yang mupeng/ horny, dia diam saja nggak mau menjawab. Keengganannya memberi penilaian mungkin bersumber dari kebersihan hatinya yang menolak memandang JKT48 sebagai obyek seksual walaupun sekedar untuk perbandingan sejenak.
Dua orang psikolog, Russel Clark dan Elaine Hatfield, mengadakan eksperimen sosial ini: seorang wanita muda diminta untuk mendekati dan menggoda banyak pria asing yang lewat di jalan. Wanita itu rupanya tidak cantik tapi juga tidak jelek, serta memakai pakaian yang biasa saja tanpa memancarkan keseksian. Sebagian pria diajak untuk datang ke apartemen malam harinya dan sebagian pria lain diajak untuk kencan di akhir pekan. Hasilnya: pria yang diajak ke apartemen 75% menyatakan ya, dan pria yang diajak kencan 50% mengatakan ya. Cukup muda saja membuat wanita sangat diinginkan, apalagi jika ditambah dengan fitur-fitur keindahan lainnya.
Menurut kajian keilmuan, sistem biologi pria memang diciptakan otomatis tertarik pada wanita yang terlihat segar, subur, dan sehat atas dasar keperluan reproduksi. Sebagai perbandingan, pria produksi rata-rata 1,500 sperma/detik sepanjang bulan, sementara wanita hanya produksi satu telur dalam satu bulan. Kelangkaan itu wajar membuat wanita berusia muda punya pesona tersendiri di mata pria karena biasanya belum terjangkit varian penyakit dan memiliki sisa masa reproduksi yang lebih panjang. David Buss, profesor di University of Texas dan salah satu peneliti utama evolutionary psychology, menulis bahwa meminta seorang pria untuk tidak menginginkan wanita yang muda cantik sama seperti meminta makhluk karnivora untuk tidak memakan daging.
Sama seperti lapar-mata yang nggak mesti pingin makan, sama juga kayak tergoda-mata nggak nggak berarti pingin melakukan hubungan seksual. Ketertarikan pria pada sosok wantia muda nggak selalu tertarik dalam koridor horni, karena kadang juga membuatnya bergairah mengasuh dan memelihara. Insting ini yang membuat pria bersuara ‘tidak-jantan’ ketika melihat video anak kucing, anak anjing, atau anak bertingkah lucu di Youtube. Insting ini tercetak dalam diri genetik pria dan wanita agar memampukan mereka bekerjasama mengasuh anak hingga usia dewasa. Jadi kalaupun loe nggak pingin memilikinya, minimal loe pingin bermain, membantu, dan memeliharanya.
Sekarang loe mulai melihat bagaimana semua ini terpenuhi dalam JKT48?
Untuk menambah kelegitan rasa, Akimoto memberi slogan ‘idols you can meet everyday‘ yang berarti para penggemar diajak berpartisipasi melihat, mendukung, mempengaruhi, dan menikmati perkembangan idol-nya menjadi seorang superstar. Jika Western Pop dan Asian Pop menampilkan idol yang sudah tercetak matang sempurna, Pak Akimoto dengan sengaja menciptakan idol yang belum sempurna. “The biggest difference is that the AKB48 are ‘incomplete’. They’re still not very good at singing or dancing. The fans are supporting the girls and cheering them on as they gradually get better,” demikian ucap sang otak jenius.
JKT48 menampilkan figur-figur muda yang diatur agar terlihat (lebih) muda, bertumbuh dan bersemangat untuk belajar, lagi-lagi imej yang sejalan dengan prinsip psikologis yang sudah gue jelaskan dari tadi. “Because the girls are really cute, the attraction for people is that they imagine them as their girlfriends. Girls who are around the same age as the AKB girls try to become like them and work really hard towards that. With the older generations, it’s not that they are striving to realize their dreams like AKB, but they want to cheer the girls on!” ungkap Pak Akimoto seperti ingin mengamini ungkapan mas Alex (nama sebenarnya disamarkan yang kebetulan sama kayak nama aslinya... kebetulan banget).
Jika sang kreatornya sendiri memang mengakui adanya faktor fantasi platonik/ romantik/ seksual dalam JKT48, rasanya kita tidak perlu berdebat lebih panjang lagi. Dibalik semua kecaman negatif terhadap JKT48, gue selalu melihatnya sebagai cara dunia mengenalkan seorang gadis bernama Melody.

Comments