Udah Nggak Tabu Lagi!
- Rahman Hanif
- May 7, 2016
- 5 min read
Updated: Nov 25, 2021

Pernah gue melintas di sebuah sekolah dan melihat ada anak masang poster yang kira-kira bunyinya, “Hidup hanya sekali, ngapain nikah dini?” mengacu pada kenyataan umum bahwa remaja "terpaksa" menikah karena si cewek kebobolan dan hamil duluan.
Sumarsono, Kepala Kesehatan Reproduksi di sebuah lembaga pemberdayaan sosial dan perempuan di Yogyakarta, mengatakan bahwa sudah ada terlalu banyak mata pelajaran di sekolah. "Karena keterbatasan dalam kurikulum, upaya kita sekarang adalah untuk membuat pendidikan seks sebagai kegiatan ekstrakurikuler," katanya.
Tulisan ini berharap bisa turut mengambil bagian dari upaya yang lebih besar untuk mendorong Undang-undang yang akan membuat pendidikan seks bagian wajib dari kurikulum nasional Indonesia.
Yogyakarta, sebuah kota pendidikan (selain kota gudeg) yang dikenal karena berjubelnya mahasiswa yang penuh semangat dan diversitasnya kehidupan budaya, akan menjadi tonggak awal revolusi pendidikan seksual di Indonesia.
"Kami sedang berusaha untuk menyebarluaskan informasi ini supaya mencapai audiens yang lebih luas," kata Nugrahita, seorang siswi di salah satu SMP unggulan di Yogyakarta. "Semakin banyak orang mengerti, semakin mereka dapat mengambil tanggung jawab atas perilaku seksual mereka sendiri. Itu bisa mengubah sikap remaja terhadap seks di seluruh Indonesia. "
Nugrahita adalah satu dari ratusan siswi yang telah dilatih sebagai pendidik sebaya dengan Planned Parenthood di Yogyakarta. Tujuannya, mereka akan menyampaikan informasi tentang H.I.V./AIDS, kontrasepsi, dan orientasi seksual kepada teman sekelas mereka, yang sebagian besar tau tentang seks (baca: hubungan badan) melalui internet.
"Di sini, seks dianggap tabu, dan kepercayaan akan seks penuh dengan mitos," kata Mariana Amiruddin, direktur eksekutif Jurnal Perempuan. Jurnal Perempuan adalah salah satu dari tiga organisasi swasta membentuk Task Force Kesehatan Reproduksi, Seksual, dan Hak Perempuan dan Anak, yang telah menyusun kurikulum pendidikan seks. Ada beberapa sekolah terpilih di 10 kabupaten di seluruh kepulauan Indonesia akan menjadi pilot project kurikulum pendidikan seksual.
"Orang-orang perlu tahu bahwa kurangnya pengetahuan -dalam hal ini seksual- akan menurunkan kualitas generasi muda baik dimasa kini maupun di masa datang," kata Dyana Savina Hutadjulu, program officer untuk hak-hak seksual dan reproduksi di Hivos, sebuah lembaga global membantu untuk mengkoordinasikan usaha pembangunan di negara berkembang.
Hutadjulu juga mengatakan upaya untuk membuat pendidikan seks wajib adalah perjuangan yang berat. Pendukung pendidikan seks pada awalnya didorong ketika Dr. Nafsiah Mboi, seorang dokter yang telah mengenalkan pendidikan seks bagi usia muda dan penggunaan kondom.

Menurut survei 2011 oleh Departemen Kesehatan, hanya 20 persen penduduk Indonesia berusia 15 hingga 24 memiliki pengetahuan yang komprehensif mengenai H.I.V. dan penyakit menular seksual, Dr. Nafsiah mengatakan diperlukan perbaikan secara dramatis yang tentu saja dramatis diartikan bermacam-macam ketika eksekusinya adalah membagi-bagikan kondom di sekolah dan perguruan tinggi. Tak ayal hal ini memicu reaksi masyarakat yang beragam.
"Saya percaya aksi saya akan menjangkau kaum muda - Saya percaya bahwa mereka memiliki hak atas informasi yang benar," katanya dalam sebuah wawancara setelah media briefing oleh lembaga U.N. AIDS pada bulan Oktober. Bagaimanapun, langkah 'dramatis' tersebut membuatnya harus mundur beberapa langkah.
Ini merupakan indikasi -atau kontra indikasi- dari upaya yang lebih luas untuk mempromosikan pendidikan seks. Di Indonesia, banyak pejabat yang masih terlalu konservatif merasa bahwa topik seksual terlalu sensitif untuk dibahas secara terbuka dan menentang pendidikan seks masuk ke dalam kurikulum. Majelis Ulama Indonesia dan kelompok-kelompok seperti organisasi kemasyarakatan yang membela Islam juga berpengaruh atas pengambilan keputusan dan pembentukan opini mengen ai pendidikan seks di negara yang mayoritas Muslim.

"Siswa tidak perlu diajarkan tentang seksualitas - mereka dapat melakukan itu sendiri," Ma'ruf Amin, Ketua Majelis Ulama Indonesia, mengatakan dalam sebuah wawancara oleh sebuah media massa. "Apa yang mereka perlu tahu adalah tentang batsan-batasan dan memnundukkan pandangan, sehingga mereka akan tahu untuk tidak melakukan hubungan seks sebelum menikah."
Maesur Zaky, direktur Planned Parenthood di Yogyakarta, mengatakan bahwa Walikota Kulon Progo mendorong untuk mewajibkan pendidikan seks, yang akan membuatnya menjadi Kabupaten pertama di Indonesia untuk melakukannya. Walikota telah didukung surat keputusan untuk memungkinkan sekolah untuk mengintegrasikan pendidikan seks dalam kurikulum, tetapi Dinas Pendidikan menentang keras akan keputusan walikotanya.
"Harus ada pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan reproduksi," kata Walikota Hastro Wardoyo. "Akan lebih baik jika itu menjadi bagian dari kurikulum, tapi apa yang penting adalah bahwa kita harus mengontrol substansi yang nanti akan diajarkan kepada siswa." Sri Mulatsih, Kepala Dinas Pendidikan mengatakan kurikulum harus diuji terlebih dahulu. "Kami tidak berani meluncurkan program tanpa memastikan itu sesuai atau tidak. Itu akan berbahaya, "katanya. "Ini adalah masalah rumit," kata Zaky, dijelaskan bahwa pejabat tidak ingin dilihat sebagai pihak yang mempromosikan pergaulan bebas dengan melakukan pendidikan dan bimbingan seks di kalangan pemuda. "Kita tidak mau disebut sebagai pejabat tidak bermoral."
Namun, ada beberapa pihak yang telah melakukan tindakan-tindakan ditengah penolakan dari otoritas pendidikan setempat. Planned Parenthood di Yogyakarta telah menyediakan pendidikan seks sejak 2008. Lebih dari 50 sekolah di Provinsi Yogyakarta telah sepakat untuk mulai menggunakan kurikulum dan metode pembelajaran yang disedakan oleh lembaga tersebut, yang mencakup pelajaran tentang kontrasepsi dan penyakit menular seksual. Kurikulum Yogyakarta telah menggunakan model yang kelak akan diusulkan untuk diterapkan secara nasional.

Tahun lalu, Planned Parenthood di Yogyakarta mulai menyelenggarkan lokakarya untuk membantu orang tua mendiskusikan seks dilindungi dengan anak-anak mereka. "Kami nggak pernah ngomongin ini dengan orang tua kami," kata Farah Suhailah, 15 tahun, seorang konselor sebaya Planned Parenthood. "Dan jika guru berbicara tentang hal itu, orang tua murid merasa tidak nyaman." Pendukung hak-hak atas pendidikan seks memperingatkan bahwa rendahnya kesadaran tentang seks dan seksualitas memicu kenaikan kasus H.I.V., kehamilan yang tidak diinginkan, pernikahan dini, dan aborsi. "Cara kita meyakinkan guru untuk menjadi berani dan sensitif mengenai topik ini adalah dengan menunjukkan fakta-fakta," kata Zaky. Sebuah studi tahun lalu oleh Departemen Kesehatan menemukan bahwa 42 persen pasien dengan HIV / AIDS di Indonesia berusia 20 hingga 29 tahun. Sebuah survei yang diselenggarakan oleh organisasi kesehatan internasional pada 2011 untuk Hari Kontrasepsi Dunia menunjukkan bahwa hampir setengah dari orang Indonesia yang disurvei memiliki teman atau anggota keluarga yang memiliki kehamilan yang tidak direncanakan dalam beberapa tahun terakhir, bahkan jumlahnya lebih dari Thailand, India, atau China.
Michelle Bachelet, direktur eksekutif PBB untuk Wanita, yang mengunjungi Jakarta pada bulan Desember untuk menghadiri pertemuan tentang hak-hak perempuan, mengatakan pada saat itu, "Jika kita melihat fakta-fakta, kita melihat bahwa pemuda mulai aktif secara seksual saat mereka masih di bawah umur, dengan tidak memiliki pengetahuan yang cukup mengenai akibat dari apa yang mereka perbuat. " Inna Hudaya, Direktur Samsara, sebuah organisasi yang berbasis Yogyakarta yang menyediakan layanan konseling, terutama untuk anak-anak dan perempuan, "Banyak pemuda tahu bagaimana melakukan hubungan seks, tetapi mereka tidak tahu konsekuensinya," katanya. Samsara juga menyelenggarakan lokakarya tingkat desa mana mereka berbicara tentang kesehatan tubuh dan mengajarkan perempuan bagaimana untuk melakukan pemeriksaan mandiri untuk kanker payudara.

"Pendidikan seks bukan hanya tentang bagaimana berhubungan badan," kata Zoya Amirin, seorang seksolog Indonesia yang menulis buku untuk menghilangkan mitos umum tentang seks. "Disitu akan diajarkan tentang reproduksi, tetapi tidak mengajarkan untuk seks pranikah, dan bagaimana cara memberitahu pacarmu untuk berkata," Kamu musti nikahin aku dulu deh. " '
コメント